Pagi
ini pipi berangkat ke Sekolah dianter Ka A’an, yang membantu Bapak di kantor
dalam hal mengemudi. Ia baik sekali. Mau Menggendong pipi dari belakang. Jadi
tidak cape ke sekolah.
Sebenarnya
ia malas pergi ke Sekolah, karena ia masih terus menjadi gurauan teman-temannya
yang selalu saja merasa tidak mendengar suaranya.
Saat
di kelas, kata bu Guru hari ini pelajaran menyanyi, dan Pipi mendapat giliran
menyanyi. Rasanya pipi sudah mengeluarkan semua kekuatannya untuk bernyanyi,
lagu yang dia nyanyikan “Bintang Kejora” tapi, kenapa pada tidak mendengar ya ?
Dan Pipi pun menjadi olok-oloh bagi temannya. Ia kemudian menangis berlari ke
tempat duduknya.
Ibu
Guru menghampiri, dan menghiburnya, sekaligus menasehati, dan pastinya
menyatakan bahwa suaranya memang tidak terdengar oleh tema-temannya, Pipi diam
sambil bersungut-sungut. “andai saja ada Bapak”. Pipi akan adukan Bu Guru epada
Bapak, karena Bu Guru sama saja dengan teman-temannya, tidak mendengar suaranya.
Jam
Istirahat tiba, ia keluar kelas, bermain di luar kelas, memperhatikan
teman-temannya yang sepertinya riang sekali.
Beberapa
teman laki-laki datang menghampiri dan mengejeknya, “Hai Cewek Bisu, hahaha,
tidak bisa bicara” lalu mereka lari menjauh. Pipi diam saja, tapi kesal sekali.
Ia memutar-muar pensil di tangannya,
Salah
seorang teman laki-laki menghampiri, sudah siap mau menggoda lagi, mendekat dan
akan mengejek dengan lidah melet dan wajah yang di tarik ke bawah.
Pipi
kesal, dia langsung menarik kerah baju anak itu dan reflek memukulnya dengan
pensil di tangannya. Pipi kaget, ternyata ensilnya melukai dahi anak itu, yang
ia akhirnya ketahui namanya Ponimin.
Ponimin
menangis, ia melepaskan krag baju ponimin dan terhenyak. Tidak berapa lama, ibu
Guru pun datang melerai dan menasehati kami berdua. Kali ini Ibu Guru tidak
selalu menyalahkan Pipi, tapi juga emnasehati Ponimin.
Sejak
saat itu, pipi mulai belajar untuk berbicara lebih keras, ia berusaha untuk
lebih berani bersuara, agar tidak di olok-olok lagi.
Comments
Post a Comment