Pipi - Hari Pertama Sekolah

Pipi - Cerita Kecil


Pipi membuka mata pago hari, ia baru saja bangun dari tidur, dengan bermalasan ia bangkit dari tempat tidurnya dengan piyama biru yang masih berantakan.

Ia terduduk di tempat tidur, masih dalam situasi yang malas ia berpikir, "ini hari pertama ke sekolah". Ia menghela nafas, lalu tak lama berdiri meraih handuk untuk pergi ke kamar mandi.

Pagi yang dingin, pikirnya, tapi ia harus mandi, biasanya ia tidak segera mandi, ia langsung keluar dan pergi bermain. Kali ini tidak bisa demikian, dia harus mandi dan bersiap siap ke sekolah.

Ia segera mandi dan siap siap menggunakan seragam sekolah yang telah disediakan mama sejak malam hari. Setelah selesai ia pergi ke ruang makan.

Seperti biasa, sudah ada Bapak menunggu di meja makan, bapak selalu bangun pagi, dan rutin pergi ke pabrik roti dekat rumah untuk membeli roti Mocca.

Di meja makan kami yang panjang, sudah tersedia 8 gelas susu berjejer rapi, roti dan juga setempat nasi, nasi goreng buatan mama lengkap dengan  piring sendok dan garpu. Pipi memang 8 bersaudara, dan pagi hari selalu menjadi hari yg sibuk bagi mama.

"Eh, anak bapak udah siap", begitu kata bapak.

Pipi mengangguk, sambil menarik kursi meja makan tempatnya. Disana sudah ada beberapa kakaknya yang sudah siap di meja makan. Kebiasaan pagi, kita pasti sarapan bersama.

Sambil menunggu yang lain, ia bertanya, "pipi dianter bapak ya?" Tanyanya dengan wajah memohon.

"Iya" jawab bapak.

Wajah pipi pun sumringah, dan tampak lebih semangat.

Mama masuk ke ruang makan dari arah dapur meletakkan telur ceplok sepiring untuk menemani nasi goreng. Terdengar ia memanggil anaknya satu persatu yang belum juga ada di ruang makan.

Tidak lama mereka ber 6 berkumpul, 2 lagi tidak serta pag-pagi berada di meja makan karena masih kecil dan belum sekolah. Bapak memimpin doa. Setelah selesai kami pun makan. Sambil berbincang dan kadang bersenda gurau.

Karena ini hari pertama pipi sekolah, jadilah pipi sebagai adik yang menjadi korban candaan kakak-kakaknya. Sesekali pipi bersungut kesal. Membuat kakak-kakaknya semakin senang menggoda.

Bapak hanya senyum-senyum, sementara mama mengawasi kami agar anak-anaknya sarapan dengan benar.

Selesai sarapan, semua bergegas untuk siap dianter bapak ke sekolah, kecuali kakak laki-laki yang pertama sudah pergi sendiri ke sekolah bersama temannya.

Kami berlima dianter bapak, ke sekolah naik mobil dinas bapak. Mama mengantar kami sampai depan rumah dan melambaikan tangan saat mobil kami meninggalkan rumah.

Pipi memandang keluar jendela, sebenarnya ia takut datang ke sekolah, ia berpikir, seperti apa sekolah nanti. Ia pingin pulang, tapi itu tidak mungkin.

Bapak memperhatikan dari kaca spion mobil, sambil tersenyum.

Sesampai di sekolah, bapak menyuruh pipi untuk turun dari mobil, sementara kakak yang lain sudah berlari kekelas masing-masing. "Ah enaknya mereka, serasa bahagia ke sekolah" pikirnya.

Pipi pun turun, bapak mengulurkan tangannya untuk menawarkan menggandeng tangan pipi, seolah memberi kekuatan bagi pipi untuk tetap bersekolah.

Mereka pun bergandengan tangan. Bapak mengantar pipi masuk ke kelas, bapak memang begitu sayang sama pipi. Bapak berbicara kepada seorang ibu agak gemuk dengan rambut keriting. Bapak memanggilnya "bu guru".

Tidak lama Pipi diminta masuk kelas, dan diberitahu kursi tempatnya duduk. Pipi hanya diam sambil menuruti. Berulang kali matanya mencari mencari Bapak yang tidak ikut bersama duduk dikelas.

Bapak ada di jendela, mengintip pipi dan memastikan pipi baik baik saja melampaui hari pertama sekolah.

Sebentar-sebentar, pipi menoleh ke jendela, mencari Bapak. Ketika menemukan Bapak, ia melihat Bapak tersenyum sambil melambaikan tangan, menyemangati. Pipi pun tenang, ia kembali mengikuti pelajaran.

Hari pertama, hari perkenalan, satu persatu anak anak dipanggil ke depan kelas, untuk memperkenalkam diri. Tak lama giliran nama pipi dipanggil.

"Ayo, perkenalkan diri" ujar bu guru.

Pipi berdiri dengan ragu ragu, berkali kali ia menoleh ke arah jendela tempat Bapak mengawasi. Ia pun maju ke depan.

Pipi memulai, ia menyebut namanya, dan bicara tentang siapa dirinya.

Tapi tiba-tiba gelak tawa pecah di kelas, "suaranya gak ada bu..., Tidak terdengar bu" ujar teman teman di kelas.

"Pipu suaranya tidak terdengar, ayo lebih keras lagi" pinta bu Guru.

Pipi mencoba mengulangi, dengan lebih keras. Tapi tetap saja sekelas pecah tertawa menggoda. Ia kesal, dan ingin menangis rasanya, dan Ibu Guru seakan tau gelagatnya yang putus asa, menyuruhnya kembali ke tempat duduknya.

Saat itu rasanya waktu berjalan sangat lambat, dan Pipi ingin segera pulang, akhirnya bel pulang pun berbunyi, ia segera berkemas untuk pulang, pasti Bapak sudah menunggunya, pikirnya sambil tersenyum dan matanya panjang mencari sosok Bapak diluar kelas.

Setelah membaca surat Al Asr, mereka semua salm kepada ibu guru, dan pergi keluar kelas, ia senang sekali berlari menuju bapak dan memeluknya.

“Pipi capek, pak, Gendong belakang ya ?” Pinta pipi.

Bapak mengangguk, mereka pun pergi menghampiri mobil bapak.

“mulai besok, dianter sama ka’ A’an ya pi ?” Ujar Bapak memberitahu.

“Kenapa?” tanyanya.

“Iya mulai besok Ka A’an yang akan anter semua ke sekolah, bapak kan harus kerja” jawab Bapak.

“Digendong belakang ?” Tanya Pipi.

Bapak mengangguk sambil menoleh ke Pipi dan tersenyum


 

Comments